Jumat, 10 Mei 2019

Potensi Agen Hayati Spodoptera Litura Nuclear Polyherosis Virus (SlNPV) untuk Pengendalian Spodoptera Litura Fabricus

0 komentar

                Spodoptera litura Nuclear Polyhedrosis Virus (SlNPV). SlNPV adalah salah satu jenis virus patogen yang memiliki potensi sebagai agen hayati dalam pengendalian larva S.litura Fabricius atau ulat grayak, karena virus ini bersifat spesifik, selektif dan efektif untuk hama-hama yang telah resisten terhadap insektisida dan aman terhadap lingkungan (Laoh dkk, 2003). Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa kerusakan akibat hama ulat grayak pada tanaman kedelai, kapas, pangan dan sayuran mampu ditekan sampai 100% setelah diaplikasikan virus SINPV. SINVP secara umum dapat diperoleh dengan cara in vivo, yaitu dengan menginfeksi larva inang atau diambil dari larva yang telah terinfeksi SlNPV lalu dapat diaplikasikan kembali. Dengan didapatkannya isolat SlNPV yang lebih efektif, maka dapat meningkatkan peluang SlNPV untuk dikembangkan sebagai bioinsektisida, sehingga ketergantungan terhadap insektisida sintetik dapat dikurangi dan masalah serangan larva S. litura Fabricius dapat diatasi secara berkelanjutan. Hal ini sesuai yang disampaikan oleh Laoh dkk (2003) bahwa pengendalian larva S. litura Fabricius sangat efektif dengan NPV karena sangat peka terhadap larva.
NPV merupakan salah satu anggota genus Baculovirus, famili Baculoviridae. Famili Baculoviridae terdiri atas nuclear polyhedrosis virus (NPV) dan granulosis virus (GV). Secara umum virus serangga dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu virus yang mempunyai Inclucion Body (IB) dan virus Non Inclusion Body (tanpa IB). Inclucion Body merupakan badan pembawa virus yang terbuat dari matrik protein, dan mempunyai bentuk seperti kristal tidak beraturan. Matrik inilah yang sering disebut polyhedral Inclusion body (PIB). PIB dapat dilihat dengan mikroskop biasa dan di dalam standarisasi PIB digunakan sebagai satuan menentukan konsentrasi dan dosis NPV pada pengendalian hayati. Bentuk polyhedra dapat berupa dodecahedra, kubus dan tidak beraturan. Diameter polyhedra berukuran 0,05-15,00 μm. Bentuk polyhedra tergantung pada jenis inang yang terinfeksi. Di dalam PIB terdapat bagian NPV yang bersifat mematikan serangga yaitu nukleokapsid yang terletak di dalam virion berbentuk tongkat berukuran panjang 336 μm dan berdiameter 62 μm. Virion dibungkus dalam satu membran disebut envelop, di dalam satu virion terdapat satu atau lebih nukleokapsid. Berdasarkan jumlah nukleokapsid, NPV dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu single nukleokapsid (SNPV) dan multi nukleokapsid (MNPV). Pada SNPV setiap envelop berisi satu nukleokapsid, sedangkan pada MNPV berisi lebih dari satu sampai 200 nukleokapsid. Pada umumnya SNPV mempunyai inang yang lebih spesifik dibandingkan dengan MNPV. NPV adalah nukleokapsid berbentuk batang yang mengandung untaian ganda asam dioksiribonukleat (DNA) yang panjang 250-400 nm dan lebar 40-70 nm (Lacey, 1997 ; Wikipedia, 2007 ; Biogen Online, 2007 ; Yin et al, 2003 ; Gong et al., 2004).
Virus ini dsDNa dengan rod-shape nukleocapsid. Famili Baculoviridae sangat penting di dalam program pengendalian hayati, oleh sebab itu studi tentang patogenisitas dan host spesifik dari baculoviridae sangat intensif. Famili ini sering menyerang Lepidoptera, Sawfly dan larva nyamuk. Berikut ini gambar struktur Baculovirus multicapsid nuclear polyhedrasis virus (Lacey, 1997 ; Wikipedia, 2007 ; Biogen Online, 2007 ; Yin et al, 2003 ; Gong et al., 2004).
NPV akan melakukan replikasi atau perbanyakan diri di dalam inti sel inang. NPV banyak menginfeksi serangga dan setiap spesies mempunyai spesifik spesies. NPV menginfeksi lebih dari 500 spesies. Lepidoptera adalah inang yang penting dari NPV, salah satu spesies dari ordo Lepidotera yang diinfeksi oleh NPV adalah larva S. litura Fabricius karena itu NPV yang menginfeksi S. litura Fabricius disebut SlNPV (Lacey, 1997 ; Wikipedia, 2007).
Partikel infektif dari virus atau virion ini dapat terbungkus oleh single SNPV atau multiple MNPV. Polyhedra dari NPV mengandung beberapa sampai banyak virion. NPV yang telah tertelan oleh inang, akan berreproduksi di dalam sel midgut, atau jaringan lain. Organ serangga yang terinfeksi terutama tubuh lemak, epidermis dan sel darah. Serangga yang terinfeksi umumnya akan mati setelah 5-12 hari sesudah infeksi tergantung pada dosis virus, temperatur dan stadia larva instar ketika terjadi infeksi. Seperti pada serangan cendawan, perilaku seperti summit diseases terjadi pada serangga yang terserang NPV. Serangga yang akan mati akan naik ke atas tanaman di mana mereka mati. Jutaan polyhedra yang terkandung pada cairan tubuh serangga yang mati dan pecah akan jatuh ke bawah dalam feeding zone (daun, sisa-sisa daun) yang mungkin akan termakan oleh ulat sehat yang lain (Lacey, 1997 ; Wikipedia, 2007 ; Biogen Online, 2007). Berikut ini gambar siklus hidup NPV dalam tubuh serangga.
NPV menginfeksi inang melalui dua tahap. Pada tahap pertama NPV menyerang usus tengah, kemudian pada tahap selanjutnya organ tubuh (hoemocoel) serta organ-organ tubuh yang lain. Pada infeksi selanjutnya NPV juga menyerang sel darah, trakea, hipodermis dan sel lemak. Polyhedra Inclusion Body dalam tubuh larva yang terserang ukuranya bervariasi tergantung pada perkembangan stadium larva, tetapi pada beberapa jenis NPV sebagian polyhedra memiliki ukuran dan stadium pematangan yang hampir sama (Bedjo, 2006 ; Biogen Online, 2007).
Gejala serangan SlNPV pada larva S. litura Fabricius akan terlihat setelah 1-3 hari SlNPV tertelan, PIB akan terurai oleh kondisi alkali dan kandungan bikarbonat di dalam perut larva. Di lapangan kematian larva S. litura Fabricius akibat infeksi SlNPV ditunjukkan dengan gejala tubuh larva menggantung dengan kedua kaki semu bagian abdomen menempel pada daun atau ranting tanaman berbentuk huruf “V” terbalik atau terkulai pada daun. Kamatian larva biasanya 3-7 hari setelah infeksi NPV.
Bioinsektisida SlNPV merupakan salah satu produk unggulan karena efektif terhadap larva S. litura Fabricius yang menyerang beberapa tanaman budidaya seperti kedelai tanaman pangan, industri, sayuran dan bawang merah. Bahan aktifnya adalah nuclear polyhedrosis virus, suatu patogen serangga dengan strain unggul asli Indonesia. Karena NPV merupakan strain unggul asli Indonesia bila dimanfaatkan tidak masalah dengan lingkungan biotik dan lingkungan abiotik Indonesia yang beriklim tropis (Biogen Online, 2007).
Pemanfaatan SlNPV sebagai agensia hayati pengendali hama merupakan salah satu upaya untuk mengurangi penggunaan insektisida kimia. SlNPV bermanfaat dijadikan bioinsektisida karena memiliki beberapa sifat yang menguntungkan antara lain: (a) bersifat spesifik terhadap serangga sasaran sehingga aman bagi musuh alami, (b) persisten di alam sehinga tidak menimbulkan residu beracun, (c) efektif terhadap inang atau hama sasaran yang sudah resisten terhadap insektisida kimia, (d) kompatibel dengan komponen pengendalian hama lain, termasuk insektisida kimia (Biogen Online, 2007).

Leave a Reply